Wakil Menteri Agama Akan Gunakan Pendekatan Komprehensif
Jakarta, 14/11 (Pinmas) - Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar akan menggunakan pendekatan lengkap atau komprehensif untuk menyelesaikan persoalan keagamaan, karena "letupan" yang kerap terjadi tak berdiri sendiri sehingga penyelesaian itu harus melibatkan berbagai instansi terkait. Nasaruddin Umar mengatakan tugas Kementerian Agama (Kemenag) ke depan semakin berat, karena isu "berbaju agama" harus ditanggapi dengan bijaksana melalui kemasan agama pula, katanya di ruang kerjanya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.Tugas Kemenag, menurut Nasaruddin Umar, selain memberikan kesejukan dan kedamaian kepada umat beragama juga harus mampu mengurangi persoalan yang terkait dengan upaya umat melaksanakan ibadah, termauk ibadah haji. Juga bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan Konghucu. Pembenahan ke dalam di Kemenag pun harus pula dilakukan agar pelayanan kepada publik dapat dioptimalkan, katanya lagi.
Untuk melaksanakan seluruh tugas tersebut maka seluruh jajaran pejabat di lingkungan kementerian itu akan memberikan bantuan dan dukungan. Dengan bantuan dari pejabat eselon satu, tentu tugasnya bisa dioptimalkan. "Kita sudah tahu bagaimana upaya Kemenag selama ini," ia menjelaskan. Berbagai persoalan keagamaan di berbagai tempat ternyata tak berdiri sendiri. Dan pendekatannya pun tak cukup mengenakan "baju agama" melulu, tetapi harus secara komprehensif. "Letupan masih ada, dan tak berdiri sendiri," ia menegaskan.
Ia menunjuk contoh kasus terorisme, ternyata kasusnya tak berdiri sendiri. Bisa menyangkut jaringan luar negeri dan untuk menyelesaikannya pun berbagai instansi terkait harus dilibatkan. Di sini bisa terlibat pihak Kejaksanaan, Kepolisian, Kementerian Hukum dan HAM dan bahkan Kementerian Luar Negeri. Jika kasusnya melibatkan ormas, tentu pihak Kementerian Dalam Negeri tak bisa lepas tangan meskipun ormas itu memiliki jaringan keagamaan. Wilayah Kementerian Agama lebih banyak kepada aspek pembinaan. Karena itu, dalam pelaksanaannya pun lebih banyak menggunakan bahasa agama guna memberikan rasa damai dan kesejukan.
Ke depan, pihaknya akan lebih proaktif dalam menangani masalah keumatan. Hal ini merupakan tugas berat yang harus dilaksanakan mengingat harapan masyarakat demikian besar kepada kementerian agama. Harapan besar dari masyarakat itu merupakan cambuk bagi jajaran kementerian ini. Nasaruddin mengatakan, problem sosial sudah menghadang, misalnya dalam persoalan pengelolaan rumah ibadah, kantor urusan agama, zakat dan wakaf. Termasuk tanah wakaf yang persoalannya juga harus diselesaikan bersama Badan Pertanahan Nasional.
Ciri khas Kementerian Agama, di berbagai daerah, dalam menyelesaikan persoalan adalah menggunakan "bahasa agama", pendekatan keagamaan dan kedamaian. Karena itu, para pemangku kepentingan di dalamnya harus bisa bekerja bersinergi, ia mengatakan. Terkait kewenangan yang akan diberikan Menteri Agama Suryadharma Ali, ia mengatakan, akan bekerja sama seoptimal mungkin. "Beliau tahu siapa saya, karena sudah lama kenal di Nahdlatul Ulama (NU) dan kegiatan lain di berbagai kesempatan," kata Nasaruddin.
Untuk itu ia pun mengimbau masyarakat agar ikut berpartisipasi menyukseskan tugas pemerintah. Jika ada persoalan, hendaknya dapat diselesaikan dengan kebesaran hati. Tidak perlu dilakukan secara provokatif, dengan kekerasan. "Kami akan proaktif dan menyelesaikan persoalan keagamaan secara bijaksana," ia mengegaskan.
Diangkat saat reshuffle
Profesor Dr Nasaruddin Umar diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Selasa (19/10) sebagai Wakil Menteri (Wamen) yang diumumkan bersamaan dengan perombakan (reshuffle) Kabinet Bersatu Jilid II. "Saya melihat Kementerian Agama memiliki tugas besar dan banyak menyangkut umat termasuk dalam pendidikan," kata SBY saat itu. Presiden juga menyinggung permasalahan haji yang terus menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk diselesaikan. Keberadaan wakil menteri agama dinilai Presiden sangat penting karena memiliki tugas berat. "Saya ingin Kementerian Agama dapat bekerja untuk menciptakan suasana rukun dan harmonis antar umat beragama," ujarnya menekankan. "Sebagai negara yang majemuk tugas ini penting,"ujarnya. Pemerintah, harus memberi contoh dengan bekerja siang dan malam untuk menjaga kerukunan di antara bangsa Indonesia yang berbeda agama. Prof Dr H Nasaruddin Umar, MA. adalah Putra Bone, Sulawesi Selatan, kelahiran 23 Juni 1959. Oleh berbagai kalangan ulama ia dianggap dapat membantu kerja-kerja Suryadharma Ali sebagai Menteri Agama.
Nasaruddin pernah menjadi guru besar bidang Tafsir Al Qur`an pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menjabat Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam. Ia sejak kecil sudah ditempa dengan ilmu berbasis keagamaan yang kental. Tercatat, Nasaruddin pernah sekolah di Madrasah Aliyah dari Pesantren As-Sa`diyah (1976), kemudian melanjutkan studinya pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar hingga memperoleh gelar Sarjana Lengkap (S-1) pada 1984.
Ia sempat dipercaya menjabat Sekretaris Universitas al-Ghazali Ujung Pandang (1984-1988). Kemudian ia hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan studinya pada Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Gelar Magister (1992) dan Doktor (1998) berhasil ia raih dari Perguruan Tinggi tersebut. Dalam menyelesaikan program doktoralnya ia telah melakukan Visiting Student for Ph.D Program, di McGill University, Montreal, Canada (1993-1994). Visiting Student for Ph.D Program, di Leiden University, Nedherlands (1994-1995). Setelah selesai ia mendapat undangan sebagai Visiting Scholar di Shopia University, Tokyo (2001), Visiting Scholar di SAOS, University of London (2001-2002), Visiting Scholar di Georgetown University, Washington DC (2003-2004).
Nasaruddin juga termasuk cendekiawan yang aktif menulis buku. Tercatat, ia telah menyelesaikan 12 buku di antaranya; Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Quran (Paramadina, 1999). Ia juga banyak menulis artikel di beberapa media massa dan jurnal, seperti Republika, Kompas, Jurnal Ulumul Qur`an. Penghargaan yang pernah didapatkan Nasaruddin Umar di antaranya Sarjana Teladan IAIN Alauddin Ujung Pandang (1984), Doktor Terbaik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1999), Penghargaan Karya Satya dari Presiden (2001), International Human Resources Development Program (IHRDP), International Best Leadership Award (IBLA) 2002, International Human Resources Development Program (IHRDP), ASEAN Best Executive Award (IBLA) 2002, Pin Emas dari Presiden Megawati Soekarnoputri, sebagai penulis terbaik Program KB pada Hari Keluarga Nasional (Harganas) IX dari TP PKK Pusat 2002. (ant/es
0 komentar:
Posting Komentar