Bagaimana performa dan isi blog kami ?

Total Tayangan Halaman

Minggu, 25 Desember 2011

DAFTAR ISI

Menag: Jangan Habiskan Energi Bahas Terorisme
Rembang(Pinmas)--Menteri Agama Suryadharma Ali minta para pimpinan pondok pesantren dan ulama tidak menghabiskan energi untuk pembahasan terorisme, radikalisme dan multikultural karena sikap Islam sudah jelas namun ke depan hendaknya dapat memberi perhatian kepada perkembangan pondok pesantren dan pendidikan santri.

Pernyataan itu disampaikan Menag Suryadharma Ali ketika tampil sebagai pembicara pada pembukaan sarasehan sosial dan budaya "Pesantren Untuk Bangsa" di Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu.

Dalam acara yang dihadiri para ulama dan sejumlah pejabat setempat, nampak hadir mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, KH. Maimun Zubair, KH Nur Muhammad Iskandar, Kakanwil Kemenag Jateng Imam Harumain, Kabadlitbang Kemenang Abdul Djamil dan ratusan santri setempat.

Menag mengatakan, sikap Islam terhadap radikalisme, terorisme dan multikulturalisme sudah jelas. Islam sebagai pembawa rahmatan lil alamin, bersikap toleran dan antikekerasan.

Islam kadang dikaitkan dengan terorisme. Pandangan dan pendapat demikian jelas keliru karena Islam sangat dekat dengan kedamaian. Karena pandangan yang tegas itu, maka ke depan para ulama tidak melulu memfokuskan perhatian kepada masalah tersebut.

Namun ia di sisi lain mengingatkan pula bahwa persoalan radikalisme, terorisme dan multikulturalisme itu tidak membuat para ulama lengah. Kewaspadaan harus tetap ada mengingat bahaya yang ditimbulkan bisa merusak kerukunan umat beragama di tanah air.

Menag Suryadharma Ali menjelaskan, persoalan di Pondok Pesantren pun tak kalah penting. Pasalnya, dewasa ini banyak santri tak memahami huruf Arab gundul. Banyak pesantren mengembangkan pelajaran menggunakan literatur atau buku di luar kitab yang semestinya digunakan.

Kementerian Agama dalam hal ini sudah berupaya agar pondok pesantren yang mengalami kesulitan dalam hal tenaga pengajar bisa mendatangkan guru bahasa Arab dari negara timur tengah. Ia berharap hal ini bisa dimanfaatkan sehingga tak ada lagi santri yang tak paham membaca dan menulis menggunakan huruf Arab gundul.

Ia mengingatkan dewasa ini berkembang pemahaman demokrasi radikal. Penyampaian aspirasi pun dilakukan tak mengindahkan etika, bahkan kadang diwarnai aksi kekerasan atas nama demokrasi dan HAM.

Dalam kaitan ini ulama, pondok pesantren dan santri memegang peranan penting untuk mengubah pola pikir dengan mengedepankan ahlak yang mulia. Islam yang memiliki kedudukan tinggi harus menunjukkan hal itu dalam tataran kehidupan yang nyata, katanya.

Terkait dengan upaya pemberdayaan ekonomi pondok pesantren, Menag mengatakan, sudah waktunya pesantren memiliki kekuatan ekonomi mandiri. Dalam ajaran Islam, umat diajarkan untuk bersedekah dan infak. Sebetulnya, melalui cara itu bisa dicapai kemandirian bagi pesantren.

Sistem pendidikan di pondok pesantren tergolong terbaik sampai saat ini. Bahkan sistemnya banyak ditiru, seperti pendidikan 24 jam. Karena itu jangan pandang enteng kemampuan pondok pesantren.

Pada akhir sambutannya, Menag berharap sarasehan "Pesantren Untuk Bangsa" dapat menghasilkan buah pikiran yang dapat diaplikasikan. "Gunakan rumusan dengan bahasa sederhana dan hasilnya dapat diimplementasikan," katanya.(ant/es

0 komentar:

Posting Komentar