HAB ke 66, Kemenag Tegaskan Komitmen Antikorupsi
Jakarta(Pinmas)-- Hari ini (Selasa 3/1), Kementerian Agama (Kemenag) memasuki usia 66 tahun. Peringatan hari ulang tahun (HUT) atau hari amal bakti (HAB) itu, akan dijadikan momentum mempertegas komitmen antikorupsi.
Demikian dikemukakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Sesditjen Pendis) Kemenag Affandi Mochtar, dan Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (Pinmas) Zubaidi, kepada pers di Jakarta, kemarin. Hadir sebagai moderator Kabag Humas Zainuddin Daulay. Kemenag mempercayakan Affandi sebagai Ketua Panitia Peringatan HAB ke-66 Kemenag dan Zubaidi sebagai sekretaris.
Zubaidi menjelaskan, terkait komitmen pemberantasan korupsi itu lah, HAB kali ini mengangkat tema `Memperteguh Komitmen untuk Membangun Kementerian Agama yang Bebas dari Korupsi`. "Bagaimana Kemenag sebagai suatu institusi yang dengan sendirinya berkomitmen pada pengembangan agama. Dalam praktiknya betul-betul jadi institusi yang bersih dari korupsi," ujar Zubaidi.
Zubaidi juga menambahkan, guna mewujudkan itu, Kemenag akan menyisipkan program-program antikorupsi dalam kegiatan HAB, mulai dari kegiatan olahraga, seni, donor darah, bazar dan bakti sosial.
Apresiasi
Sementara itu, Affandi Muchtar mengatakan, beberapa penghargaan juga akan diberikan kepada tokoh-tokoh yang berkontribusi terhadap pendidikan Islam. Mereka antara lain adalah guru, santri, pelajar madrasah, dan para wiraswasta di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (2/1). "Ada 14 bupati atau wali kota yang memberikan kontribusi pada peran dan pendidikan Islam, seperti KH Idris Marzuki dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri," ucapnya.
Tak hanya itu, penghargaan juga diberikan pada tokoh nasional, seperti mantan Presiden BJ Habibie, mantan Menteri Agama Tolhah Hasan, Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, dan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.
"Gubernur Maluku memberi perhatian yang besar dan komitmennya untuk madrasah pesantren dan majelis taklim tinggi," kata Affandi saat ditanya alasan terpilihnya Karel sebagai tokoh yang diberi penghargaan.
Affandi menyebutkan, para penerima Apresiasi Pendidikan Islam (API) telah melewati proses seleksi yang panjang. Khusus para kepala daerah dan bupati/wali kota penerima "API" diuji lewat `munaqasah` yang berlangsung di Hotel Lorr In Sentul, Jawa Barat, belum lama ini. Sebelumnya, tahap verivikasi data telah dilakukan sebulan sebelumnya dan dengan cara verifikasi secara faktual ke lapangan.
Menurut Affandi, penghargaan ini merupakan hasil penilaian Kementerian Agama sebagai bentuk apresiasi kepada kepala daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang sukses memajukan daerahnya masing-masing dalam bidang pendidikan Islam.
"Mereka bisa dikatakan sebagai penggiat antiradikalisme, menumbuhkan budaya toleran dan meredam konflik lokal yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia melalui jalur pendidikan agama," ujarnya.
Para kepala daerah dan para bupati atau wali kota diganjar penghargaan karena mereka dinilai mampu memajukan dan mengembangkan daerahnya melalui pendidikan Islam. "Mereka memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dengan mengalokasikan anggaran yang memadai," ujarnya.
Selain itu, tutur dia, mereka juga mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi pembangunan pendidikan agama.
Selain pemberian anugerah itu, Ditjen Pendis juga memberikan anugerah kepada para tokoh pendidikan madrasah, pengelola perpustakaan terbaik, guru inovatif serta beberapa kategori lainnya yang telah ditetapkan panitia. (Yudhiarma)
Demikian dikemukakan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Sesditjen Pendis) Kemenag Affandi Mochtar, dan Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (Pinmas) Zubaidi, kepada pers di Jakarta, kemarin. Hadir sebagai moderator Kabag Humas Zainuddin Daulay. Kemenag mempercayakan Affandi sebagai Ketua Panitia Peringatan HAB ke-66 Kemenag dan Zubaidi sebagai sekretaris.
Zubaidi menjelaskan, terkait komitmen pemberantasan korupsi itu lah, HAB kali ini mengangkat tema `Memperteguh Komitmen untuk Membangun Kementerian Agama yang Bebas dari Korupsi`. "Bagaimana Kemenag sebagai suatu institusi yang dengan sendirinya berkomitmen pada pengembangan agama. Dalam praktiknya betul-betul jadi institusi yang bersih dari korupsi," ujar Zubaidi.
Zubaidi juga menambahkan, guna mewujudkan itu, Kemenag akan menyisipkan program-program antikorupsi dalam kegiatan HAB, mulai dari kegiatan olahraga, seni, donor darah, bazar dan bakti sosial.
Apresiasi
Sementara itu, Affandi Muchtar mengatakan, beberapa penghargaan juga akan diberikan kepada tokoh-tokoh yang berkontribusi terhadap pendidikan Islam. Mereka antara lain adalah guru, santri, pelajar madrasah, dan para wiraswasta di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (2/1). "Ada 14 bupati atau wali kota yang memberikan kontribusi pada peran dan pendidikan Islam, seperti KH Idris Marzuki dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri," ucapnya.
Tak hanya itu, penghargaan juga diberikan pada tokoh nasional, seperti mantan Presiden BJ Habibie, mantan Menteri Agama Tolhah Hasan, Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, dan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.
"Gubernur Maluku memberi perhatian yang besar dan komitmennya untuk madrasah pesantren dan majelis taklim tinggi," kata Affandi saat ditanya alasan terpilihnya Karel sebagai tokoh yang diberi penghargaan.
Affandi menyebutkan, para penerima Apresiasi Pendidikan Islam (API) telah melewati proses seleksi yang panjang. Khusus para kepala daerah dan bupati/wali kota penerima "API" diuji lewat `munaqasah` yang berlangsung di Hotel Lorr In Sentul, Jawa Barat, belum lama ini. Sebelumnya, tahap verivikasi data telah dilakukan sebulan sebelumnya dan dengan cara verifikasi secara faktual ke lapangan.
Menurut Affandi, penghargaan ini merupakan hasil penilaian Kementerian Agama sebagai bentuk apresiasi kepada kepala daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang sukses memajukan daerahnya masing-masing dalam bidang pendidikan Islam.
"Mereka bisa dikatakan sebagai penggiat antiradikalisme, menumbuhkan budaya toleran dan meredam konflik lokal yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia melalui jalur pendidikan agama," ujarnya.
Para kepala daerah dan para bupati atau wali kota diganjar penghargaan karena mereka dinilai mampu memajukan dan mengembangkan daerahnya melalui pendidikan Islam. "Mereka memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dengan mengalokasikan anggaran yang memadai," ujarnya.
Selain itu, tutur dia, mereka juga mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi pembangunan pendidikan agama.
Selain pemberian anugerah itu, Ditjen Pendis juga memberikan anugerah kepada para tokoh pendidikan madrasah, pengelola perpustakaan terbaik, guru inovatif serta beberapa kategori lainnya yang telah ditetapkan panitia. (Yudhiarma)
0 komentar:
Posting Komentar